Istano Pagaruyung kesulitan Kayu
Penyelesaian Rumah gadang Istano Pagaruyung nan tertunda
Pembangunan Istano Pagaruyung di Tanah Datar yang seharusnya tuntas Juni ini diperpanjang hingga Oktober mendatang karena kesulitan kayu untuk membuat ukiran dinding.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanahdatar, Kamaruzzaman, Sabtu (5/7) mengatakan untuk pembangunan Istano Pagaruyung masih kekurangan 100 kubik kayu jenis Surian dan Meranti untuk seluruh dinding, pintu dan jendela yang harus diukir.
Apalagi semua eksterior dan interior istano, direncanakan akan terbuat dari kayu berukir dengan atap ijuk dan hanya pondasi dan tiang saja yang terbuat dari beton. "Untuk kayu meranti PT Graphos sebagai kontraktor pembangunan istano masih bisa mendapatkan di tempat-tempat penjualan kayu sesuai dengan petunjuk Dinas Kehutanan, namun untuk kayu Surian agak kesulitan karena kayu jenis ini di tanam masyarakat dan jumlahnya tidak banyak," kata Kamaruzzaman.
Kayu Surian penting, karena digunakan untuk ukiran yang tidak dicat dan harus kayu yang tidak sedang berbunga dengan diameter diatas 60 cm. Selain itu, proses yang dibutuhkan untuk mengolah kayu juga membutuhkan waktu yang lama karena kayu yang dihasilkan harus benar-benar kering sehingga tidak menyusut saat diukir dan dipasang.
Biaya untuk pembangunan fisik Istano Pagaruyung sebesar 15 miliar, yang berasal dari pemerintah, donator dan sumbangan perantau. Kamaruzzaman mengatakan saat ini pembangunan istano baru selesai 75 persen meliputi pondasi, tiang dan pemasangan atap telah rampung 60 persen.
Istano Basa Pagaruyung yang terbakar 27 Februari 2007 merupakan bangunan adat Minangkabau terbesar dan termegah di Sumatra Barat yang dibangun Pemerintah Provinsi Sumatra pada 1976. Bangunan ini duplikat Istana Kerajaan Pagaruyung yang dibakar Kolonial Belanda pada 1804.
Istano yang dibangun di daerah bekas pusat Kerajaan Pagaruyung di Kenagarian Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanahdatar ini bertingkat tiga dengan 11 gonjong atau puncak atap setinggi 60 meter dengan atap dari ijuk. Dinding Istano penuh dengan ukiran khas Minangkabau, termasuk dua rumah tabuah, rangkiang patah sambilan.
sumber
Pembangunan Istano Pagaruyung di Tanah Datar yang seharusnya tuntas Juni ini diperpanjang hingga Oktober mendatang karena kesulitan kayu untuk membuat ukiran dinding.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanahdatar, Kamaruzzaman, Sabtu (5/7) mengatakan untuk pembangunan Istano Pagaruyung masih kekurangan 100 kubik kayu jenis Surian dan Meranti untuk seluruh dinding, pintu dan jendela yang harus diukir.
Apalagi semua eksterior dan interior istano, direncanakan akan terbuat dari kayu berukir dengan atap ijuk dan hanya pondasi dan tiang saja yang terbuat dari beton. "Untuk kayu meranti PT Graphos sebagai kontraktor pembangunan istano masih bisa mendapatkan di tempat-tempat penjualan kayu sesuai dengan petunjuk Dinas Kehutanan, namun untuk kayu Surian agak kesulitan karena kayu jenis ini di tanam masyarakat dan jumlahnya tidak banyak," kata Kamaruzzaman.
Kayu Surian penting, karena digunakan untuk ukiran yang tidak dicat dan harus kayu yang tidak sedang berbunga dengan diameter diatas 60 cm. Selain itu, proses yang dibutuhkan untuk mengolah kayu juga membutuhkan waktu yang lama karena kayu yang dihasilkan harus benar-benar kering sehingga tidak menyusut saat diukir dan dipasang.
Biaya untuk pembangunan fisik Istano Pagaruyung sebesar 15 miliar, yang berasal dari pemerintah, donator dan sumbangan perantau. Kamaruzzaman mengatakan saat ini pembangunan istano baru selesai 75 persen meliputi pondasi, tiang dan pemasangan atap telah rampung 60 persen.
Istano Basa Pagaruyung yang terbakar 27 Februari 2007 merupakan bangunan adat Minangkabau terbesar dan termegah di Sumatra Barat yang dibangun Pemerintah Provinsi Sumatra pada 1976. Bangunan ini duplikat Istana Kerajaan Pagaruyung yang dibakar Kolonial Belanda pada 1804.
Istano yang dibangun di daerah bekas pusat Kerajaan Pagaruyung di Kenagarian Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanahdatar ini bertingkat tiga dengan 11 gonjong atau puncak atap setinggi 60 meter dengan atap dari ijuk. Dinding Istano penuh dengan ukiran khas Minangkabau, termasuk dua rumah tabuah, rangkiang patah sambilan.
sumber
ayo nagi saudara2 yg punya kayu...ada bisnis tuh..
BalasHapus